Hama & Penyakit Ikan


HAMA DAN PENYAKIT IKAN
Oleh,
Toto Sugiarto

       Salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya ikan adalah Pengendalian  Hama dan Penyakit ikan dengan tepat dan benar. Definisi Hama dalam budidaya ikan  adalah segala jenis hewan atau makhluk hidup yang dapat mengganggu proses budidaya baik itu sebagai pemangsa, kompetitor dan pengganggu sedangkan definisi Penyakit ikan itu sendiri adalah kelainan pada fisik, morfologi dan fungsi dari biasanya yang disebabkan oleh faktor genetik, syaraf, metabolik, Pathogen dan non pathogen.
       Tindakan preventif adalah hal yang paling ampuh dalam pengendalian hama dan penyakit ini yaitu dengan cara persiapan kolam yang baik, sumber air yang baik ( parameter air sudah sesuai yang diinginkan) pemilihan ikan yang baik (sehat, tidak cacat), manajemen air yang baik, manajemen pakan yang baik (jangan sampai terjadi yang namanya over feeding atau under feeding), menerapkan biosecurity yang baik sehingga tercipta lingkungan yang sehat untuk pemeliharaan ikan. Kalau langkah-langkah tersebut di atas sudah dilakukan dengan benar maka keberhasilan dalam budidaya ikan akan tercapai dengan produktivitas yang baik.
     Hama masuk ke area budidaya bisa aja melalui saluran pemasukan air (Inlet) sedangkan penyakit bisa timbul karena lingkungan rusak akibat pemberian pakan berlebih (over feeling) sehingga banyak pakan yang tidak termakan  yang akhirnya kadar amonia menjadi tinggi (racun) dan merusak kwalitas air (parameter air berubah). Kalaupun itu terjadi berikut ini saya mencoba untuk share beberapa jenis penyakit ikan lengkap dengan cara pengendalian nya sebagai pengetahuan demi kemajuan akuakultur dan keberhasilan para pelaku budidaya ikan atau udang.
  1. BINTIK PUTIH “ICH”
Penyebab
Ichthyophthirlus multifiliis
Bio – Ekologi Patogen
  • Protozoa dari golongan ciliata, terdapat di ekosistem air tawar
  • Berbentuk bulat/oval berdiameter 50 – 1000 mikron  diselaputi cilia, inti sel berbentuk seperti tapal kuda
  • Dalam siklus hidupnya harus menginfeksi ikan sebagai inang
  • Sangat ganas, infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari
  • Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dari benih hingga dewasa ( ikan tidak bersisik lebih sensitif
             Gejala Klinis
  • Nafsu makan menurun, gelisah
  • Menggosok – gosokan badan pada benda di sekitarnya
  • Frekwensi pernapasan meningkat ( megap-megap ), mendekat ke Inler
  • Bintik – bintik putih di sirip, kulit atau insang sehingga sering di sebut “ Penyakit Bintik Putih”
             Diagnosa
  • Preparation ulas : lendir/sirip/insang
  • Menggunakan mikroskop untuk melihat morfologi parasit

            Pengendalian
  • Mempertahankan suhu air diatas 29°C
  • Menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan melalui limunostimulasi (mls,. Vitamin C)
  • Meningkatkan frekwensi pergantian air
  • Perendaman dalam larutan campuran antara Malachite Green Oxalate (MGO) 0,15 ppm dengan formalin 15 ppm selama 12-24 jam
  • Perendaman dengan garam dapur 300 ppm atau Kalium Permangat (PK) 4 ppm selama 12 jam
  • Perendaman dengan Acriflavin 10-15 ppm selama 15 menit

  1. LERNIASIS
Penyebab
Lernaea cyprinaceae dan L. Arcuata
Bio – Ekologi Patogen
  • Parasit ini dikenal sebagai cacing jangkar (anachorworm)
  • Menempel ke tubuh ikan dengan “jangkar” yang menusuk dan berkembang di bawah kulit
  • Badan parasit dilengkapi dengan dua buah kantung telur akan terlihat menggantung di luar tubuh ikan
  • Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini, terutama pada ukuran benih
  • Pada tingkat infeksi yang tinggi dapat mengakibatkan kasus kematian yang serius
             Gejala Klinis
  • Terlihat menyerupai panah yang menusuk tubuh ikan. Terkadang, pada tubuh parasit ditumbuhi lumut sehingga ikan yang terinfeksi terlihat seperti membawa bendera hijau
  • Terjadi luka atau pendarahan pada lokasi tempat penempelan nya pada benih ikan, dalam nya tusukan bisa mencapai organ dalam sehingga dapat mengakibatkan kematian
              Diagnosa
  • Secara visual terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan

             Pengendalian
  • Pengendapan penyaringan air masuk
  • Pemusnahan ikan yang terinfeksi
  • Pengeringan kolam dan pengapuran
  • Larutan formalin 250 ppm selama 15 menit
  • Larutan Abate 1 ppm (akuarium) dan 1,5 ppm (kolam)
  • Larutan trichlorfon 2-4 ppm selama 24 jam
  1. TAURA SYNDROME VIRUS (TSV) PADA UDANG VANNAMEI
Penyebab
Picornavirus
Bio – Ekologi Patogen
  • TSV dikenal sebagai penyakit fase Juvenil pada Litopenaeus Vannamei, dan umumnya terjadi antara 14-40 hari pasca tebar di tambak
  • Penularan dapat terjadi secara vertikal dan horizontal
  • Resistensi udang windu terhadap TSV masih belum jelas, namun nampaknya lebih resistensi dibanding udang Vannamei
  • Individu yang mampu bertahan dari infeksi TSV tetap berpotensi sebagai Cartier
  • Serangan TSV bersifat akut dan dapat mengakibatkan Kematian antara 80-95%. Namun apabila tertolong, kelangsungan hidup dapat mencapai lebih dari 60%
            Gejala Klinis
  • Pada infeksi berat (akut) sering mengakibatkan kematian massal, udang yang mengalami kematian didominasi oleh udang yang sedang/baru selesai proses ganti kulit (moulting)
  • Saluran pencernaan kosong dan warna tubuh kemerahan. Warna merah yang lebih tegas dapat dilihat pada ekor kipas (telson)
  • Udang yang selamat dari fase akut, umumnya mampu hidup dan tumbuh normal dengan tanda bercak hitam (melanisasi) yang tidak beraturan di bawah lapisan kutikula.
            Diagnosa
  • Polymerase Chain Reaction (PCR)

           Pengendalian
            Penerapan biosecurity total selama proses produksi udang  yang meliputi
  • Hanya menggunakan benur yang bebas TSV
  • Penerapan sistem budidaya yang menjamin bebas dari  masuknya media pembawa TSV
  • Menjaga status kesehatan udang agar selalu Prima melalui pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu
  • Menjaga kwalitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang
  1. INFECTIOUS HYPODERMAL & HEMATOPOETIC NECROSIS ( IHHNV )
Penyebab
Picornavirus
Bio – Ekologi Patogen
  • IHHNV merupakan penyakit serius pada udang penaeid, terutama penaeid stylirostris
  • Penularan dapat terjadi secara horizontal dan vertikal
  • Please awal yang terinfeksi IHHNV secara vertikal tidak tampak sakit, namun setelah berumur diatas 35 hari mulai muncul gejala klinis yang diikuti dengan kematian massal
  • Individu udang yang pernah terinfeksi dan resistensi terhadap IHHNV akan berlaku sebagai pembawa
  • Infeksi IHHNV pada udang Vannamei akan mengakibatkan pertumbuhan yang sangat beragam (blantika), rostrum bengkok dan kutikula kasar
            Gejala Klinis
  • Konsumsi pakan menurun, diikuti dengan perubahan warna dan tingkah laku
  • Berenang ke permukaan air secara perlahan, hilang keseimbangan dan bergerak berputar untuk selanjutnya tenggelam perlahan dalam posisi terbalik
            Diagnosa
            PolymeraseChain Reaction (PCR)
             Pengendalian
            Penerapan biosecurity total selama proses produksi udang yang meliputi :
  • Hanya menggunakan benur yang bebas dari IHHNV
  • Penerapan sistem budidaya yang menjamin bebas dari masuknya media pembawa IHHNV
  • Menjaga status kesehatan udang agar selalu prima melalui pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu
  • Menjaga kwalitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang.
Sumber : Buku Saku Pengendalian Hama & Penyakit Ikan, dkp
                 Gambar dari google
        





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Hatching egg, sistem corong (Ikan Patin Daging Putih)